Bantuan Kemanusiaan IPSI dan PLN untuk Korban Bencana Sumatra

Bantuan Kemanusiaan IPSI dan PLN untuk Korban Bencana Sumatra

EPICTOTO — Gelombang solidaritas untuk para korban banjir dan tanah longsor di wilayah Sumatra terus berlanjut. Kali ini, bantuan kemanusiaan disalurkan oleh Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) melalui kerja sama strategis dengan Yayasan Baitul Maal (YBM PLN) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Bantuan tersebut dialokasikan untuk masyarakat terdampak di tiga provinsi: Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh.

Penyaluran bantuan difokuskan pada penduduk di daerah-daerah yang paling membutuhkan, khususnya lokasi-lokasi terpencil yang jauh dari titik-titik distribusi bantuan utama. Beberapa area yang menjadi sasaran penyaluran antara lain Tamiang, Kuala Simpang, Tanjung Pura, Tamiang Hulu, Kecamatan Kejuran, serta Desa Alur Selebu.

Tanggapan atas Kondisi Pasca Bencana

Shalimar Anwar Sani, selaku Ketua Tim Relawan Gabungan PB IPSI – YBM PLN, mengungkapkan kondisi sulit yang masih dihadapi para pengungsi. Menurutnya, keterbatasan pasokan listrik dan air bersih menjadi masalah utama yang mengemuka.

“Aktivitas penyaluran bantuan menjadi sangat sulit setelah matahari terbenam karena listrik masih padam. Selain itu, banyak korban yang mengeluhkan minimnya akses terhadap air bersih. Kondisi pasca bencana di sini sungguh memprihatinkan,” ujar Shalimar.

Ia menambahkan keyakinannya bahwa PLN sedang berupaya mempercepat pemulihan jaringan listrik. “Kami berharap pasokan air bersih juga dapat didistribusikan dalam volume yang lebih besar. Ketersediaan air bersih sangat krusial untuk mencegah munculnya wabah penyakit di tengah pengungsi,” tegasnya.

Apresiasi Masyarakat atas Bantuan Langsung

Di lokasi bencana, warga menyambut positif pendekatan penyaluran bantuan yang dilakukan secara langsung ke pemukiman. Saiful Anwar, seorang warga Dusun Bukit Buling, Desa Rantau Pauh, Aceh Tamiang, mengungkapkan pengalamannya.

“Ini baru pertama kalinya kami menerima bantuan yang diantarkan langsung ke tempat kami. Biasanya, kami harus menempuh jarak 2 hingga 5 kilometer untuk mencapai posko bantuan,” kata Saiful. Pernyataannya menyoroti pentingnya pendekatan distribusi yang menjangkau hingga ke pelosok terdampak, memastikan bantuan tepat sasaran bagi mereka yang paling membutuhkan.