EPICTOTO — Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 15 Magelang, Jawa Tengah, menerapkan kebijakan tegas terkait penggunaan ponsel pintar bagi para siswanya. Selama menetap di asrama, siswa tidak diizinkan sama sekali untuk menggunakan gawai pribadi.
Kesepakatan Bersama untuk Fokus Belajar
Kepala Sekolah SRMA 15 Magelang, Anisa, menjelaskan bahwa kebijakan ini merupakan hasil kesepakatan penuh antara pihak sekolah dan orang tua siswa. Komitmen ini disampaikan sejak awal kepada wali murid.
“Kami tidak memperkenankan anak-anak menggunakan HP selama di asrama,” tegas Anisa. Tujuan utama dari pembatasan ini adalah untuk memacu konsentrasi dan fokus siswa dalam proses belajar mengajar.
Struktur Pembelajaran dan Pendampingan
SRMA 15 Magelang menyelenggarakan pembelajaran 18 mata pelajaran, mencakup bidang seperti antropologi, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), hingga kewirausahaan. Proses belajar didampingi oleh 17 guru mata pelajaran.
Sistem pendampingan juga diperkuat dengan keberadaan lima wali asuh. Setiap wali asuh bertanggung jawab membimbing sepuluh siswa, dengan total 50 siswa yang saat ini menempuh pendidikan di sekolah tersebut.
Mencegah Miskomunikasi
Selain untuk fokus belajar, kebijakan ini juga bertujuan menciptakan saluran komunikasi yang terstruktur antara orang tua dan sekolah. Komunikasi dilakukan secara resmi melalui wali asuh dengan jadwal yang terjadwal.
Dampak Positif pada Minat Baca dan Prestasi
Anisa mengungkapkan bahwa kebijakan pelarangan ponsel ternyata membawa dampak yang sangat positif. Siswa menjadi lebih fokus dan kreatif. Ketiadaan gawai mendorong mereka untuk aktif mengunjungi perpustakaan.
“Saya meminjamkan satu kotak buku untuk satu bulan. Belum sampai satu bulan, buku-buku itu sudah habis dibaca. Mereka akhirnya mau tidak mau membaca karena tidak ada HP,” cerita Anisa.
Peningkatan Nilai Akademik dan Aktivitas Fisik
Evaluasi akademik pada semester pertama menunjukkan hasil yang menggembirakan. Sekitar 60 persen siswa berhasil meraih nilai yang jauh melampaui batas minimal rata-rata kelulusan.
Di sisi non-akademik, sekolah memperbanyak kegiatan seperti olahraga dan pramuka. Siswa menjadi lebih aktif dan antusias dalam mengikuti ekstrakurikuler, seperti voli, bulu tangkis, dan tenis meja, sehingga waktu mereka terisi dengan kegiatan yang produktif.