SINGAPURA – Jumlah korban jiwa akibat banjir besar yang melanda sejumlah negara di Asia pekan lalu kini telah melampaui 1.300 orang. Indonesia menjadi negara dengan angka kematian tertinggi, diperkirakan mencapai sekitar 770 orang, sementara Sri Lanka mencatat lebih dari 460 korban meninggal.
Tak hanya itu, ribuan orang juga masih dinyatakan hilang di empat negara yang paling parah terdampak. Selain Indonesia, badai siklon yang memicu banjir ini turut menerjang wilayah selatan Thailand, sebagian Malaysia, serta India.
Curah hujan monsun yang disertai dua siklon tropis menghantam Indonesia, Sri Lanka, Thailand, dan Malaysia, membuat jutaan warga terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) menyampaikan bahwa besarnya skala bencana membuat kebutuhan penanganan korban meningkat pesat, melampaui kemampuan pemerintah daerah. Kondisi ini mendorong permintaan mendesak akan bantuan internasional.
Kerusakan infrastruktur yang luas serta jalur menuju wilayah terpencil terputus akibat banjir menjadi faktor utama sulitnya proses evakuasi dan distribusi bantuan.
“Banyak jalan rusak dan infrastruktur terputus. Kami kesulitan menjangkau keluarga-keluarga yang benar-benar terisolasi,” ujar Wakil Direktur Asia Pasifik IFRC, Pui Wah Alice Ho, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (4/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa tim lapangan kini bergantung pada perahu dan helikopter untuk mengirimkan bantuan, namun laju pergerakan masih sangat lambat.
Ho menambahkan bahwa tantangan semakin berat karena pendanaan kemanusiaan mengalami penurunan drastis tahun ini.
“Donor utama memberikan kontribusi lebih sedikit. Walaupun sudah mengajukan permohonan, kemungkinan besar kami tidak akan memperoleh dana yang cukup untuk menangani keadaan darurat besar ini,” terangnya.
IFRC mengajukan permintaan dana darurat sebesar 5 juta franc Swiss atau sekitar Rp104 miliar untuk mendukung Palang Merah Sri Lanka. Saat ini, dana sebesar 1 juta franc Swiss telah disalurkan dari pos bantuan bencana.
Sri Lanka sendiri telah menetapkan status darurat sejak akhir pekan lalu setelah Badai Siklon Ditwah memicu banjir masif dan tanah longsor yang menewaskan sedikitnya 465 orang.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa korban meninggal akibat banjir di Sumatera telah mencapai 770 orang, dengan lebih dari 650 warga masih dilaporkan hilang.
Sumber : blibli99.id